"#ootd #potd #likeforlike #followforfollow #tagsforlike #l4l #f4f #follow #followme #instagood #instamood #instafood #instafood #foodporn #foodgasm #igers #igdaily #kamu #udah #gila"
Mungkin kalian pernah lihat atau bahkan punya temen di instagram yang sukanya spam hashtag seperti contoh diatas. Sah-sah aja sih kasih hashtag sampe 8 baris di caption instagram, tapi kadang gemes juga ngeliatnya, bawaannya pingin ikutan spamming hashtag di comment box nya biar makin eksis. Apalagi kalau hashtag yang ditulis itu nggak sinkron sama foto yang di upload. Contoh, caption fotonya "hangout with friends" padahal nggak ikutan foto, alias cuma jadi pengganti tongsis doang, disuru fotoin. Habis gitu tulis Hashtagnya berjejer dari a sampe z yang totalnya sekitar belasan lebih, dan dari sekian banyak hashtag yang ditulis, eh tiba-tiba nyelonong hashtag #foodporn. Kalau ada diantara kalian yang punya temen kayak gini, lebih baik kalian mulai jaga jarak. Kenapa? Sukanya makan temen sendiri coy, Gila!
#Ada #juga #yang #sangking #over #kreatif #nya, nulis caption foto aja pake hashtag per katanya seperti yang aku lakuin di baris pertama paragraf ini. Akun resmi instagram aja sepengetahuanku jarang pake teknologi pagar betis virtual (read:hashtag) ini di postingan mereka. Keren ya orang indonesia, nggak cuma udang sama kakap aja, tapi sebuah hashtag juga dibudidayakan dari yang memiliki satu fungsi jadi memiliki beberapa fungsi sekaligus, Gila!
Jika dipikir menggunakan kepala dingin, nyalahin mereka yang bertindak seperti itu nggak sepenuhnya bener juga. Karena mulai dari instagram pertama kali dirilis sampe Ahok dilantik menjadi gubernur Jakarta, masih belum ada kurikulum pendidikan di Indonesia yang mengajarkan tentang cara penggunaan instagram yang baik dan benar. Kalau sampai beneran ada, berarti Indonesia udah mau diserang negara api, Gila! #MulaiAbsurd
"Jadi yang disebut hashtag itu apa?" *minum baygon 1 liter. Kemana aja selama ini brooo???
Hashtag ('hes-tek), sebuah simbol berbentuk pagar (#), yang dipakai untuk menandai suatu topik dalam postingan. Orang-orang biasa menggunakan fitur ini dengan menempatkan simbol pagar didepan kata kunci yang relevan untuk mengkategorikan topik tersebut agar lebih spesifik. Fitur hashtag pada instagram (ada juga di sosmed lain) secara umum memiliki fungsi yang jauh lebih mulia, yaitu mempermudah kera sakti dalam perjalanannya ke barat mencari kitab suci. Bukan, yang bener untuk mempermudah pencarian suatu topik atau dalam hal ini foto yang memiliki kemiripan, kalau di blog biasa disebut label.
Ada yang acuh, ada juga yang risih ngeliat hashtag berjubel dan nggak aturan kayak jalanan macet ibu kota. Sebagai makhluk hidup sosial yang berakal budi, wajarlah kita disebut manusia. Kalau makhluk hidup melata contohnya ular. Karena itu kita juga harus menghargai kenyamanan orang lain meskipun di dunia maya sekalipun. Yah sekedar masukan aja, nggak bermaksud menyindir atau menghina, tapi feeds instagram akan jauh terlihat lebih indah dan menawan jika dalam penulisan caption menggunakan hashtag secukupnya dan berhubungan dengan foto yang diposting. Gitu.
Lanjut!
Instagram merupakan sebuah jejaring sosial yang cukup booming di Indonesia. Hampir sama dengan twitter, instagram juga menawarkan fitur followers dan followings pada sistem pertemanannya. Nah yang sama bukan cuma itu aja, tapi salah satu budaya di twitterpun juga terjadi disitus berbagi foto ini. Yak bener! budaya itu adalah budaya folbek atau follback (follow back).
Hashtag ('hes-tek), sebuah simbol berbentuk pagar (#), yang dipakai untuk menandai suatu topik dalam postingan. Orang-orang biasa menggunakan fitur ini dengan menempatkan simbol pagar didepan kata kunci yang relevan untuk mengkategorikan topik tersebut agar lebih spesifik. Fitur hashtag pada instagram (ada juga di sosmed lain) secara umum memiliki fungsi yang jauh lebih mulia, yaitu mempermudah kera sakti dalam perjalanannya ke barat mencari kitab suci. Bukan, yang bener untuk mempermudah pencarian suatu topik atau dalam hal ini foto yang memiliki kemiripan, kalau di blog biasa disebut label.
Ada yang acuh, ada juga yang risih ngeliat hashtag berjubel dan nggak aturan kayak jalanan macet ibu kota. Sebagai makhluk hidup sosial yang berakal budi, wajarlah kita disebut manusia. Kalau makhluk hidup melata contohnya ular. Karena itu kita juga harus menghargai kenyamanan orang lain meskipun di dunia maya sekalipun. Yah sekedar masukan aja, nggak bermaksud menyindir atau menghina, tapi feeds instagram akan jauh terlihat lebih indah dan menawan jika dalam penulisan caption menggunakan hashtag secukupnya dan berhubungan dengan foto yang diposting. Gitu.
Lanjut!
Instagram merupakan sebuah jejaring sosial yang cukup booming di Indonesia. Hampir sama dengan twitter, instagram juga menawarkan fitur followers dan followings pada sistem pertemanannya. Nah yang sama bukan cuma itu aja, tapi salah satu budaya di twitterpun juga terjadi disitus berbagi foto ini. Yak bener! budaya itu adalah budaya folbek atau follback (follow back).
"Folbek dong", "follback aku ya", itu adalah sekelumit dari banyak jenis kata permintaan mem-follow balik sang followers kepada akun yang di follow. Kadang aku suka heran ngeliat orang-orang yang ngelakuin hal ini. Fitur follow menurutku ada supaya kita bisa update postingan terbaru dari akun-akun yang kita sukai. Kalau merasa suatu akun itu nggak ada hubungan sama kita, terus buat apa kita follback orang-orang yang kita sendiri nggak interest sama feeds nya atau malah nggak kenal sama sekali? Apa mungkin dengan follback kalian harga bbm bisa batal naik? Atau mungkin kurs rupiah bisa berubah jadi Rp.5.000 per 1 dollar amerika nya? Kalau iya mulai dari detik ini bakal aku follow semua strangers yang pada request follback.
Bukannya sombong atau suka pilih-pilih, aku sadar aku juga orang biasa yang nggak gitu terkenal. Ada sih yang request follback, tapi setaun sekali doang, itupun dari akun yang di autobot. Balik lagi, apa sih artinya sebuah follback kalau yang dimintain itu nggak kenal sama kalian? Aku pribadi biasanya cuma follow akun-akun yang aku kenal didunia nyata, atau follow official account nya para DJ lokal, inter lokal, dan internasional. Aku follow karena aku kenal mereka atau merasa tertarik dengan postingan official account tersebut. Yang nggak kenal / interest? ya nggak aku follow. Ngapain juga follow strangers, udah nggak kenal, artis juga bukan, feed nya plain lagi. Entar yang ada malah dipikir stalker, repot kan.
Satu budaya lagi yang terbawa ke instagram dari twitter, yaitu marah-marah sampe dendam kusumat jika akun nya di un-follow. Anehnya, followers itu kan biasanya ada banyak, paling nggak ada 100 lah minim. Nah itu orang yang marah-marah kok bisa tahu ada yang un-follow dia? kayaknya tiap hari kerjaannya pantengin followers terus tiap jam sampe ngerti kalau tiba-tiba ada satu followers yang hilang. Biasanya tipe orang seperti ini adalah tipe orang yang kesepian di dunia nyata. Gimana nggak, hilang satu followers aja udah bingung sampe marah tanpa alasan yang jelas.
Intinya, udah lah, stop budaya minta-minta folbek kepada pengguna lain (yang nggak dikenal). Kalian mau disebut pengemis yang sukanya minta-minta? nggak kan. Jadi yang ikhlas aja jadi orang. Jadilah pengguna yang dewasa. Di follback bagus, berarti akun kalian menarik dimata mereka, nggak juga ya nggak masalah. Toh nggak akan berpengaruh sama jatah uang jajan bulanan kalian yang sedikit. :))
Oke disudahin sampe sini aja postingannya, kalau dilanjutin nyindirnya lama-lama bisa ditutup blog ini. Yang mau nambahin fenomena masyarakat Indonesia dalam penggunaan instagram, boleh di bagikan di kolom komentar atau bisa juga dibagikan ke penduduk instagram yang membutuhkan pertolongan. Terima kasih!
***


No comments:
Post a Comment